Dasar-Dasar Jurnalistik Online – Basics of Online Journalism.
JURNALISTIK Online adalah jurnalisme generasi ketiga setelah jurnalistik cetak (print journalism) –suratkabar, tabloid, majalah– dan jurnalistik elektronik (electronic journalism, broadcast journalism) –radio dan televisi.
Secara definisi, jurnalistik online (online journalism) adalah proses pemberitaan melalui media internet.
Media jurnalistik online disebut media online, media daring, atau media siber (cyber media).
Terjemahan bahasa Indonesia Online Jurnalism adalah Jurnalisme Daring. Daring –singkatan dari “dalam jaringan”– merupakan terjemahan online dalam bahasa Indonesia.
da.ring n akr dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya (KBBI)
Nama Lain Jurnalistik Online
Jurnalistik Online disebut juga
- Internet Journalism (karena tersaji di internet)
- Website Journalism (karena disajikan di situs web)
- Digital Journalism (karena membutuhkan jari untuk klik mouse atau tap layar ponsel)
- New Journalism (karena merupakan generasi baru jurnalistik, yakni generasi ketiga setelah jurnalistik cetak dan elektronik (radio/tv).
Ada juga istilah negatif bagi praktik jurnalistik online yang membuat judul-judul umpan klik atau hanya memancing pengguna internet untuk klik tautan judul berita di media sosial atau di halaman situsnya, yaitu Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait Journalism).
Sebuah analisis di laman BBC menyebutkan jurnalistik online identik dengan jurnalisme umpan klik, yaitu judul-judul bombastis, sensasional, menyembunyikan fakta penting, untuk meningkatkan trafik atau jumlah kunjungan.
Dasar-Dasar Jurnalistik Online
Dasar-Dasar Jurnalistik Online secara lengkap diulas pakarnya dari Birminghham University, Paul Bradshaw.
Di blog pribadinya, Online Journalism Blog, Bradshow menyebutkan dasar-dasar jurnalistik online terangkum dalam singkatan BASIC:
- B = Brevity
- A = Adaptability
- S = Scannability
- I = Interactivity
- C = Community and Conversation
1. Brevity, Ringkas
Jurnalisme Online hendaknya menyajikan berita secara ringkas. Audience kini membaca 25 % lebih pelan dan kurang dari 28 % isi berita.
Media online harus berbasis pada tulisan “satu ide per paragraf” (singkat, padat dan jelas).
Video durasi tiga menit bahkan kini dirasa terlalu lama (efektifitas bandwitch).
2. Adaptability
Jurnalis atau media online harus menyajikan berita yang sesuai dengan media yang digunakannnya (internet & website).
Jurnalistik Online bisa menyajikan berita dalam bentuk multimedia. Karenanya, jurnalis online harus beradaptasi dan menguasai dasar-dasar HTML, memahami fungsi dan penerapan link atau hyper text , audio slideshows, animation, flash interactivity, microblogging/ Text/ email alerts (Twitter), forums, wikis, social networking , polls, surveys, live chats , dll.
3. Scanability
Naskah atau teks berita online hendaknya mudah dipindai (scannable) sehingga mudah dibaca dan dipahami.
Audiens lebih berorientasi pada isi pesan. Sebanyak 95% pengguna web atau pengujung situs berita melihat judul (headlines), subjudul (subheadings), dan tautan (links).
Dua kata kata pertama atau alinea pertama, yakni teras berita (news lead), setelah judul sangatlah penting untuk menarik minat baca pengunjung.
Sajian naskah (teks) di media online atau situs berita, termasuk blog dan email, hendaknya rata kiri, paragraf pendek (maksimal lima baris), ada jarak antar-alinea, dan menggunakan highlights.
4. Interactivity
Interaktivitas dalam jurnalistik online adalah ” it is about giving the user control”. Memberikan kendali kepada pembaca.
Dalam media online, pengguna (pembaca) tidak pasif, tetapi juga aktif, sehingga bisa terjadi interaksi antara pembaca dengan redaksi, sesama pembaca, share, comments, bahkan koreksi.
Media online (situs berita, media siber) sebagai medium publikasi karya jurnalistik mengandung mekanisme feedback melalui kolom komentar, share media sosial, dan links.
Wartawan online harus siap dengan hal baru dalam dunia jurnalistik ini. Komunikasi massa dalam konteks jurnalistik online tidak lagi satu arah (one way communications), tapi dua arah dengan repons atau feedback realtime (saat itu juga).
Situs berita yang tidak memberi ruang kepada pembaca untuk “share and comments” tidak akan disukai sehingga akan ditinggalkan.
5. Community & Conversation
Era jurnalistik/media online saat ini dikenal juga dengan era Web 2.0, yakni era situs web yang mudah digunakan dan diadopsi oleh user.
Media internet membiarkan audience (viewer) menjadi pengguna (user). Sama dengan prinsip interaktivitas, di media online pembaca dapat komen sebuah berita atau membagikannya di media sosial, forum, dan lainnya.
J-Online Skills: Keterampilan Jurnalis Online
Prinsip atau dasar-dasar jurnalistik online di atas membuat jurnalis online harus memiliki keterampilan (skills) atau keahlian (expertise) lebih dari sekadar bisa menulis atau wawancara (liputan).
Wartawan hanya bisa menulis berita dan wawancara adalah masa lalu (zaman old).
Wartawan zaman now atau wartawan modern masa kini hendaknya memiliki keterampilan tambahan terkait internet atau media online.
“But in this time of multimedia storytelling, software skills matter, too,” tulis Poynter.
Hasil survei yang dirilis Advancing The Story menyebutkan, keterampilan yang wajib dimiliki wartawan online antara lain sebagai berikut:
- Writing or Editing Scripts
- Project Management
- Blogging
- User Interface Design/Photo Shooting (tie)
- Video Production
- Staff Organization/Administration
- Story Combining/Shortening
- Reporting and Writing Original Stories
- Photo/Image Editing
Mulai dari Blogging!
Untuk beradaptasi dengan dunia maya, warga net (netizen), dan menguasai keterampilan yang dibutuhkan di era jurnalistik online, wartawan zaman now bisa memulainya dengan ngeblog (blogging) plus vlogging (jadi youtuber).
Blog bukan hanya soal menulis posting (artikel), tapi juga pengoptimalan mesin telusur (search engine optimizations/SEO), pengoptomalan foto/gambar, interaktivitas, dan pengenalan dasar-dasar HTML, CSS, JavaScript atau “Coding” dan “Programing”.
Dengan blogging atau memiliki blog, wartawan juga akan terbiasa dan terasah gaya dan cara menulis di media online, akrab dengan istilah-istilah blogging yang juga jadi istilah media internet pada umumnya, seperti kata kunci (keywords), tag, meta tags, label, permalink, internal link, eksternal link, pagerank, page one, dan sebagainya.
Lebih dari itu, wartawan yang ngeblog juga bisa menjadi “jurnalis mandiri” dengan mempraktikkan Stand-Alone Journalism. Wasalam (www.romeltea.com).*